Perlukah kita belajar di Malaysia?

Friday, June 4, 2010


Bermula julai 2010 ini, belanja pembiyaan program belajat peringkat sarjana (S-2) di universiti i di Malaysia akan meningkat lebih mahal jika hendak dibandingkan di pembelajaran di Indonesia.

Hal itu berlaku setelah pemerintah Malaysia menarik balik subsidinya untuk perguruan tinggi, khususnya mahasiswa dari Negara Negara asing.

Rm14.000 ringgit atau sekitar Rp 37 juta per semester sudah boleh membiyaai kuliah S-2 di universiti terbaik di Indonesia sehingga lulus kata Imran Hanafi selaku Atase Pendidikan KBRI.

"Jika perbelanjaan kuliah untuk studi pascasarjana sebanyak Rm14.000 ringgit atau sekitar Rp 37 juta per semester, maka belanjanya jauh lebih tinggi. Biaya sebanyak itu sudah mampu untuk biayai kuliah S-2 di universiti terbaik di Indonesia hingga lulus untuk studi bidang komunikasi, politik, atau sosiologi," ujar Atase Pendidikan KBRI Imran Hanafi di Kuala Lumpur, Rabu lalu(2/6/2010).

Selama ini, kata Imran, studi pascasarjana di Malaysia memang lebih murah. Pekara ini berlaku karena ada subsidi dari pihak kerajaan Malaysia . Jika subsidi ditarik balik, perbelanjaan kuliah itu akan mencecah Rp 37 juta per semester dan lebih mahal jika hendak dibandingkan kuliah Indonesia pula dan tidak sama seoerti sebelum ini.

Diberitakan sebelumnya di Kompas.com, Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia Mohamed Khales Nordin menarik semula subsidi pendidikan tinggi bagi para mahasiswa asing. Hal ini berlaku kepadai para mahasiswa asing yang baru akan kuliah bermula Juali 2010 akan datang. Pemerintah Malaysia akan mengurangi subsidi secara besar-besaran karena defisit anggaran dan beban hutang luar negerinya yang semakin bertambah besar.

Jadi para mahasiswa Indonesia perlulah untuk mengkaji semula untuk sambung pembelajaran nya di Malaysia .