1975 'Pintu Neraka' di temui manusia

Wednesday, September 1, 2010

Lubang api raksasa di Usbekistan 'pintu neraka' sudah ada sejak 1975

‘Pintu neraka’ sering digambarkan dengan suasana api menyala yang sangat mengerikan panasnya. Keadaan seperti itulah yang terdapat di sebuah lubang api terbuka di daratan Usbekistan, Asia Tengah, dan lubang api itu pun dipanggil sebagai "pintu neraka".

Lubang api itu berukuran sekitar dua kali keluasan padang bola dengan kedalaman lebih dari 30 meter. Pada mula nya ukurannya tidak sebesar itu sejak pertama kali tahun 1975 "pintu neraka" itu dijumpai manusia.

Pada mula nya ahli geologi menggali dengan jentera berat untuk pelepasan gas alam. Pelik nya, di lokasi itu ditemukan jurang besar di bawah tanah. Jurang besarnya, semua peralatan untuk penggalian itu terperosok ke dalam.

Jurang itu dipenuhi dengan gas bumi yang beracun. Belum ada keterangan rasmi Soviet Union ketika itu, dan ekoran berapa jumlah yang terkorban akibat terkena gas beracun. Namun para ahli geologi segera menghentikan kerja kerja itu dan semua peralatan yang terperosok itu ditinggalkan.

Untuk menghindari gas beracun yang keluar itu tersebar ke merata tempat, para ahli memutuskan untuk membakarnya. Kedudukannya berada di dekat dengan sebuah kota kecil bernama Davaz.

Sejak 1975 lobang raksasa itu menyemburkan api seperti gunung berapi dan masih tetap menyala hingga sekarang walau sudah 35 tahun berlalu. Masyarakat sekitar tak ada yang berani mendekati karena pengaruh suhu panas hingga beberapa ratus meter, sehingga dinamakan "pintu neraka".

Sampai sekarang belum ada penjelasan apakah "pintu Neraka" itu ukurannya melebar atau stabil karena gas yang keluar dari perut bumi itu langsung terbakar. Walau terkena hujan pun, apinya tidak padam.

Lubang api raksasa itu kelihatan dari jauh karena berada daratan kering yang luas. Bila malam, tampak semakin jelas dengan sorotan cahaya kekuningan yang datang dari "pintu neraka" itu.

Mirip dengan Lumpur Lapindo, yang terus mengeluarkan lumpur panas gara-gara pengeboran yang dinilai gagal sehingga menyembur ke permukaan bumi. Hingga kini juga belum ada ahli geologi yang mampu menghentikan semburan lumpur panas lapindo. Yang boleh dilakukan hanya mengawal agar kesan lumpur panas itu tidak terus merebak – bumirel/ref:kompascom