Raheel Raza
Hari jumaat lalu , 11/6 di Oxford, England barat, dilapurkan satu sembahyang jumaat bersama dengan khotib dan imam seorang penulis perempuan yang berasal Kanada, Raheel Raza.
Pengurusan sembahyang Jumat itu, Dr Taj Hargey dari Pusat Pendidikan Muslim di Oxford mengatakan tidak ada larangan bagi wanita untuk menjadi imam sembahyang dengan jemaah laki-laki dan perempuan.
“Al Quran juga tidak melarang wanita menjadi imam salat. Quran sangat memuji seorang wanita seperti Mariam, ibu Nabi Isa,” kata Hargey lagi.
Pada zaman Nabi Muhammad, katanya, pernah terjadi di mana seorang wanita bernama Ummu Waraqah, diberi kebenaran oleh Nabi untuk memimpin salat di kampong nya.
“Jadi, tidak ada halangan bagi wanita untuk mengimamkan sembahyang, dengan syarat dia memiliki pengetahuan agama yang mendalam dan dia sebagai seorang wanita yang solehah,” tambah Dr Hargey.
Dr Daud Rasyid menolak argumentasi Dr Hargey
Walau bagaimana pun, ramai dikalangan ulama utama dalam Islam menolak adanya kebenaran tersebut yang bersumberkan hadis seperti dikatakan Dr Hargey itu.
Seorang pensyarah dari Fakulti Syariah Universti Islam Bandung Indonesia Rasyid MA, mengatakan riwayat tentang Ummu Waraqah yang menjadi imam sembahyang itu tidak dapat dijadikan dalil untuk membolehkan perempuan menjadi imam di tempat terbuka seperti masjid.
Sebabnya, kata Daud Rasyid, sembahyang yang dilakukan oleh Ummu Waraqah itu adalah bersufat peribadi dan dilakukan dirumah nya.
“Dia melakukan itu di rumahnya bersama anak-anaknya sendiri sebagai makmum,” ujar Dr Daud selanjutnya.
Menurut lepasan lulusan Univeristi Kairo, Mesirini, tindakan seorang perempuan menjadi imam sembahyang bagi laki-laki dan perempuan di ruang terbuka, disifatkan oleh mejoritis besar ulama disebut sebagai “bida’ah mungkarah” (hal yang dibuat-buat, sayang sangat ditolak) katanya. - mat/ruangberita
Murid buktikan pada guru lembu makan martabak
15 hours ago