Turki merupakan suatu negeri yang memiliki kisah panjang tentang jatuh bangunnya peradaban. Di negeri ini pula Islam pernah sedemikian bercahaya gemerlap tatkala Kekhalifahan Islam Turki Utsmani masih berdiri kokoh. Dan seorang Abdullah ‘Azzam, pernah pula berlinang airmata kesedihan ketika menulis satu demi satu kalimat yang diuntainya menjadi sebuah buku berjudul ‘Pelita Yang Hilang’. Turki merupakan pelita Islam di gerbang Eropa. Sebab itu, musuh-musuh Allah senantiasa berupaya sekuat tenaga untuk memadamkan pelita tersebut.
Konspirasi Yahudi Internasional-lah, lewat seorang Yahudi dari Dumamah bernama Mustafa Kemal, yang meruntuhkan kekhalifahan Turki Ustmaniyah. Sejak itu, Mustafa Kemal menghancurkan semua simbol-simbol keIslaman dari negeri tersebut dan membunuh siapa saja yang berani menghalang-halanginya.
Setelah kekhalifahan hancur, Mustafa Kemal segera memberlakukan hokum sekularisme di negeri tersebut. Semua yang terkait dengan simbol-simbol keIslaman, walau sekecil apa pun, menjadi sesuatu yang dilarang. Barangsiapa yang masih mempergunakannya maka akan diseret ke penjara. Adzan pun yang di mana-mana mempergunakan bahasa Arab diganti dengan bahasa Turki. Allahu Akbar menjadi Allahu Buyuk. Jangan tanya soal hijab atau jilbab, semuanya dicampakkan jauh-jauh.
Sekularisme yang dilancarkan Mustafa Kemal didukung penuh oleh angkatan bersenjata Turki yang memang telah dikondisikan jauh-jauh hari oleh jaringan Yahudi Internasional. Sampai hari ini pun, militer Turki dikenal sebagai penjaga nilai-nilai sekularisme paling depan dan senantiasa siap untuk memberangus siapa pun yang ingin meruntuhkan nilai-nilai sekularisme Turki tersebut.
- Berita E/muslim 2008/10